Senin, 28 November 2011

Teori Erving Goffman Interaksionisme Simbolik

Teori Erving Goffman

Interaksionisme simbolik pada hakikatnya (lebih) merupakan bagian dari psikologi sosial yang menyoroti interaksi antar-individu dengan menggunakan simbol-simbol. Konsep interaksionisme simbolik Erving Goffman juga menyoroti masalah-masalah yang berhubungan dengan interaksi antara orang-orang yang juga melibatkan simbol-simbol dan penafsiran-penafsiran di mana peranan antara the self dan the other mendapat porsi perhatian yang sama dalam koteks interaksi dimaksud. Interaksionisme simbolik Erving Goffman memang selalu mengacu kepada konsep-konsep 'impression management', role distance, dan secondary adjustment di mana ketiganya bertumpu pada konsep dan peranan the self dan the other tadi. Selain itu, Goffman juga menyoroti masalah face-to-face interaction, yaitu interaksi atau hubungan tatap muka yang menjadi dasar pendekatan mikrososiologi dalam analisis sosiologisnya.
Inti dari ajaran Goffman adalah apa yang disebut dengan dramaturgy. Dramaturgy yang dimaksud Goffman adalah situasi dramatik yang seolah-olah terjadi di atas panggung sebagai ilustrasi yang diberikan Goffman untuk menggambarkan orang-orang dan interaksi yang dilakukan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, Goffman menggambarkan peranan orang-orang yang berinteraksi dan hubungannya dengan realitas sosial yang dihadapinya melalui panggung sandiwara dengan menggunakan skrip (jalan cerita) yang telah ditentukan. Seperti layaknya sebuah panggung maka ada bagian yang disebut frontstage (panggung bagian depan) dan backstage (panggung bagian belakang) di mana keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Betapa penting peranan dan fungsi backstage terhadap keberhasilan penampilan di frontstage, kajian-kajian terhadap hal-hal yang berada di luar perhitungan benar-benar bertumpu pada sumber daya-sumber daya yang ada pada kedua bagian tersebut. Di samping itu, konsep dramaturgy Goffman juga dipakai oleh beberapa ahli sosiologi seperti Kennen dan Collins dalam melakukan studi yang menyangkut interaksi antara orang-orang yang menjadi kajian mereka.
Interaction Order adalah artikel 'penutup' dari seluruh karya-karya Goffman sebelum ia wafat tahun 1982. Dalam tulisannya ini, Goffman secara konsisten tetap menyoroti masalah interaksi tatap muka yang ordonya dimulai dari skala yang terkecil atau terendah menuju skala terbesar atau tertinggi, yaitu yang terdiri dari persons, contact, encounters, platform performances, dan celebrations. Meskipun hampir sebagian besar analisis Goffman tidak menyertakan konsep penting interaksionisme simbolik, yaitu self interaction, namun bagi Goffman, seorang aktor yang berada 'di atas panggung' itu harus mampu menafsirkan, memetakan, mengevaluasi, dan mengambil tindakan sehingga atas dasar kemampuannya itu manusia dikategorikan sebagai makhluk yang aktif. Bagi Goffman, sebagai makhluk yang aktif, manusia itu justru harus mampu untuk memanipulasi situasi yang dihadapinya. Hal inilah yang mendasari pandang Goffman bahwa seorang sosiolog harus mampu melakukan analisis secara mandiri atas kondisi-kondisi sosial yang dihadapinya.
• DRAMATURGI
Dramaturgi merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukkan drama dalam sebuah pentas. Diri adalah pengaruh dramatis yang muncul dari suasana yang di tampilkan (interaksi dramatis), maka ia mudah mengalami gangguan.
Front stage (panggung depan) bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. FS di bagi dua, setting pemandangan fisik yang harus ada jika aktor memainkannya dan front personal berbagai mancan perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari aktor. Front personal terbagi dua, yaitu penampilan berbagai jenis barang yang mengenalkan status sosial aktor, dan gaya mengenalkan peran mavam apa yang dimainkan akto dalam situasi tertentu.
Back stage (panggung belakang) ruang dimana disitulah berjalan skenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing aktor)
Dalam interaksi, terkadang orang menampilkan kondisi ideal (+) di depan umum dan menyembunyikan keburukan (-) dengan alasan :
1. Aktor ingin mengubur kebiasaan buruk masa lalu yang bertentangan dengan prestasa masa kini.
2. Aktor ingin menyembunyikan kesalahan yang telah dilakukan dan menyiapkan tindakan untuk memperbaiki kesalahannya tersebut
3. Aktor memberikan gambaran hasil yang baik dan menyembunyikan proses yang terlibat dan menghasilkannya.
4. Aktor merasa perlu menyembunyikan keterlibatan “ tindakan kotor” dalam upaya menghasilkan pertujukan.
5. Aktor mungkin menyelipkan standar lain dalam melakukan sesuatu.
6. Aktor mungkin menyembunyikan penghinaan atasnya atau setuju dihina asalkan kegiatannya dapat terus berjalan.
Aktor juga terkadang melakukan mistifikasi dengan membuat jarak antara diri mereka dengan penonon untuk menjaga kredibilitasnya
Seni pengelolaan kesan
1. Melakukan tindakan yang dapat menciptakan loyalitas dramaturgis agar penonton tidak mengetahui pribadi aktor.
2. Melakukan displin damaturgis menjaga kesadaran, pengendalian diri, pengaturan ekspresi muka dan suara.
3. Melakukan kehati-hatian dramaturgis dengan melakukan skenario pertujukan terlebih dahul sebelum pementasan.
Pengelolaan kesan ini dilakukan dengan metode serta teknik-teknik yang paling disukai oleh seorang aktor atau pelaku sosial
Role distence (jarak peran)
Adalah jarak peran dari sesorang dalam lingkungan sosialnya. Goffman memberikan gambaran bahwa orang yang berstatus sosial lebih tinggi dibanding orang lain, maka ia akan lebih sering meunjukan atau membangun jarak sosialnya dengan orang lain yang memiliki status sosial lebih rendah darinya. Orang yang berstatus lebih rendah akan cenerung lebih bertahan dalam menunjukan jarak peran yang dimiliki atau terjadi di lingkungan sosialnya.
STIGMA
Definisi baku (rigid) atas peran atau tindakan sesorang Goffman memberikan garis pemisah antara apa yang seharusnya dilakukan sesorang (identitas sosial virtual) dengan apa yang sebenarnya dilakukan seseorang (identitas sosial aktual). Ini menyababkan terjadinya discreditable stigma> stigma yang perbedaanya tidak dirasakan oleh penonton.
Frame analysis Goffman, 1974
Goffman bergeser dari cara pandang interaksionisme simbolik menuju studi struktur kehidupan sosial berskala kecil. Ia melakukan kajian atas sekian banyak struktur yang tidak terlihat dalam masyarakat yang membangun kejadian atau tindakan manusia yang bermakna. Kerangka ( Frame) adalah prinsip organisasi yang memberikan definisi atas pengalaman kita. Frame memberikan asumsi mengenai apa yang sedang kita lihat dalam kehidupan sosial.


Rangkuman
Interaksionisme simbolik pada hakikatnya (lebih) merupakan bagian dari psikologi sosial yang menyoroti interaksi antar-individu dengan menggunakan simbol-simbol. Konsep interaksionisme simbolik Erving Goffman juga menyoroti masalah-masalah yang berhubungan dengan interaksi antara orang-orang yang juga melibatkan simbol-simbol dan penafsiran-penafsiran di mana peranan antara the self dan the other mendapat porsi perhatian yang sama dalam koteks interaksi dimaksud. Interaksionisme simbolik Erving Goffman memang selalu mengacu kepada konsep-konsep 'impression management', role distance, dan secondary adjustment di mana ketiganya bertumpu pada konsep dan peranan the self dan the other tadi. Selain itu, Goffman juga menyoroti masalah face-to-face interaction, yaitu interaksi atau hubungan tatap muka yang menjadi dasar pendekatan mikrososiologi dalam analisis sosiologisnya.
Inti dari ajaran Goffman adalah apa yang disebut dengan dramaturgy. Dramaturgy yang dimaksud Goffman adalah situasi dramatik yang seolah-olah terjadi di atas panggung sebagai ilustrasi yang diberikan Goffman untuk menggambarkan orang-orang dan interaksi yang dilakukan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, Goffman menggambarkan peranan orang-orang yang berinteraksi dan hubungannya dengan realitas sosial yang dihadapinya melalui panggung sandiwara dengan menggunakan skrip (jalan cerita) yang telah ditentukan. Seperti layaknya sebuah panggung maka ada bagian yang disebut frontstage (panggung bagian depan) dan backstage (panggung bagian belakang) di mana keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Betapa penting peranan dan fungsi backstage terhadap keberhasilan penampilan di frontstage, kajian-kajian terhadap hal-hal yang berada di luar perhitungan benar-benar bertumpu pada sumber daya-sumber daya yang ada pada kedua bagian tersebut. Di samping itu, konsep dramaturgy Goffman juga dipakai oleh beberapa ahli sosiologi seperti Kennen dan Collins dalam melakukan studi yang menyangkut interaksi antara orang-orang yang menjadi kajian mereka.
Interaction Order adalah artikel 'penutup' dari seluruh karya-karya Goffman sebelum ia wafat tahun 1982. Dalam tulisannya ini, Goffman secara konsisten tetap menyoroti masalah interaksi tatap muka yang ordonya dimulai dari skala yang terkecil atau terendah menuju skala terbesar atau tertinggi, yaitu yang terdiri dari persons, contact, encounters, platform performances, dan celebrations. Meskipun hampir sebagian besar analisis Goffman tidak menyertakan konsep penting interaksionisme simbolik, yaitu self interaction, namun bagi Goffman, seorang aktor yang berada 'di atas panggung' itu harus mampu menafsirkan, memetakan, mengevaluasi, dan mengambil tindakan sehingga atas dasar kemampuannya itu manusia dikategorikan sebagai makhluk yang aktif. Bagi Goffman, sebagai makhluk yang aktif, manusia itu justru harus mampu untuk memanipulasi situasi yang dihadapinya. Hal inilah yang mendasari pandang Goffman bahwa seorang sosiolog harus mampu melakukan analisis secara mandiri atas kondisi-kondisi sosial yang dihadapinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar