Sabtu, 17 Desember 2011

RAHASIA DARI TANAH KAYA MINERAL

Dahulu, orang cenderung lebih sehat walaupun tidak mengonsumsi suplemen tambahan. Rahasianya, mereka masih mendapatkan makanan dengan kandungan mineral tinggi, langsung dari alam. Mineral seperti kalsium, magnesium, natrium, kalium, fosfor, zat besi, zink, selenium, yodium, mangan, dan kuprum adalah zat gizi yang dibutuhkan untuk kelancaran metabolisme tubuh dan merupakan bagian integral dari ‘regular diet’ yang dibutuhkan manusia. Rahasia dari Tanah Kaya MineralMineral yang diserap dari tanah kaya mineral akan memperkaya nilai gizi dari rumput, sayuran, maupun buah yang dihasilkan. Namun penelitian yang dilaporkan pada sebuah journal 1 menyebutkan bahwa dalam waktu 50 tahun terakhir terjadi penurunan signifikan terhadap komposisi mineral pada sayur-sayuran (penurunan kadar Ca, Mg, Cu, dan Na) dan pada buah-buahan (penurunan kadar Mg, Fe, Cu, dan K). Penurunan kadar mineral ini tidak hanya disebabkan oleh perubahan dalam teknik pertanian (penambahan pupuk kimia, penggunaan pestisida, dll), namun terutama karena kerusakan lingkungan. Tanah telah terdegradasi dan erosi. Alhasil, mineral yang awalnya tersebar di alam pun berkurang.
Sejak 6000 tahun yang lalu, Skandinavia dikenal sebagai daerah yang sangat hijau dengan lingkungan yang terjaga dengan baik. Suhu ideal dan hujan merata sepanjang tahun, menjadikan tanah dan rumputnya subur dan kaya mineral, optimal untuk peternakan sapi. Faktor suhu juga membuat sapi hidup dengan nyaman dan tidak mengalami stres. Dari sinilah susu HiLo berasal. Segala hal detail diperhatikan, termasuk sapi yang dibiarkan merumput bebas di padang rumput alam terbuka, sampai sentuhan lembut dari peternak yang membuat sapi merasa nyaman untuk meningkatkan kualitas perahan.
Itulah rahasia dari susu mineral yang berkualitas. Tanah kaya mineral menghasilkan rumput berkualitas bagi sapi sehingga sapi pun menghasilkan susu berkualitas tinggi dan kaya mineral. Susu HiLo, susu mineral dari tanah kaya mineral.
References
1. Mayer AM. 1997. Historical changes in the mineral content of fruits and vegetables. BFJ 99(6):207-211.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar